Separuh Hati
separuh hatiku
telah tertambat...
dikotamu
tunggu aku...
Sepi
Tuhan...
aku merasa...
sepi...
dan sendiri
Tuhan
temani aku...
selalu
Rintik Hujan
rintik hujan bersenandung lirih
bagai untaian lagu sedih
yang menyayat hati
membuat hati...
miris
gerimis
menangis
rintik hujan bersenandung lirih
mengiringi langkah kakiku...
yang beranjak pergi
Untuk Sahabat
meski waktu...
tak bisa lagi
kita jalani bersama
meski suaraku...
takkan lagi
terdengar menyapa
meski gelak tawaku...
akan hilang
dengan segera
tapi percayalah sahabat...
walau nanti jarak membentangi
tapi namamu akan kusimpan rapi
disetiap sudut...
ruang dihati
Gurat Pilu
bunga-bunga...
tertunduk layu
daun-daun...
satu per satu jatuh
seolah ikut merasakan gurat pilu...
yang menyelimuti tubuh
Suasana Pagi
pagi begitu sunyi
matahari enggan menyinari
burung-burung tak mau bernyanyi
seakan tak mengizini...
kepergian diri
Luruh
setitik harapan...
yang coba belajar kubangun
kini kubiarkan luruh...
bersama sang waktu
karena satu persatu
sosok itu semakin jauh dariku
dan tangan kecilku
sudah tak bisa merengkuh
Untuk Ayahbunda
Ayahbunda terkasih
rasa sedih sedang menyelimuti...
hati anakmu ini
ingat akan diri...
yang kini tak bisa memberikan
sesuatu yang berarti lagi
maafkan aku...Ayah
maafkan aku...Bunda
Subuh Yang Sepi
takkan terdengar lagi
suara langkah kaki
gembok pagar pun
takkan lagi berbunyi
tapi semoga ada langkah lain
yang akan menggantikan langkahku
semoga ada tangan lain
yang akan membuka pintu
sehingga subuh yang sepi
takkan pernah mati
akan terus dihiasi
lantunan ayat-ayat suci
yang bernyanyi mengiringi...
datangnya cahaya matahari pagi